Komunitas Sengkanaung Adakan Acara Adat Tulude di Kalimantan Barat

Kalimantan Barat – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Kalimantan Barat, Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I., menerima audiensi dan silaturahmi dari ormas Sengkanaung, sebuah perkumpulan warga Sangihe Talaud yang berdomisili di Kalimantan Barat. Audiensi berlangsung di ruang tamu VIP Kanwil Kemenag Kalbar pada Rabu, 15 Januari 2025.
Ormas Sengkanaung ini memiliki peran penting dalam menjaga kebudayaan dan tradisi masyarakat Sangihe di Kalbar. Dr. Muhajirin Yanis mengapresiasi acara adat Tulude yang diadakan oleh komunitas ini, menyebutkan bahwa tradisi tersebut tidak hanya menjadi bagian dari kekayaan budaya nusantara, tetapi juga sebagai momentum untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi lintas budaya dan agama.
“Tulude adalah tradisi adat yang mencerminkan kekayaan budaya kita, dan lebih dari itu, ia juga menguatkan nilai-nilai kebersamaan. Ini adalah acara yang mempererat tali silaturahmi dan membangun hubungan harmonis antar berbagai kelompok di Kalimantan Barat,” ujar Yanis.
Kemenag Kalbar Dukung Pelestarian Tradisi Tulude
Kepala Kemenag Kalbar tersebut juga menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung upaya pelestarian tradisi seperti Tulude, yang juga sejalan dengan semangat moderasi beragama. Ia berharap acara tersebut dapat memperkuat nilai harmoni dan toleransi yang sudah terjalin di masyarakat Kalimantan Barat yang memiliki keberagaman budaya dan keyakinan.
Ritual Upacara Tulude oleh Masyarakat Sangihe
Upacara adat Tulude, yang dilakukan oleh masyarakat etnis Sangihe setiap akhir bulan Januari, menjadi ritual penting dalam perayaan Hari Ulang Tahun Daerah. Ketua Badan Adat Sangihe, Pendeta Patras Madonsa, M.Th, menjelaskan bahwa terdapat berbagai prosesi dalam pelaksanaan Tulude, mulai dari penjemputan tamu hingga pemotongan kue adat Tamo.
“Tulude terdiri dari dua suku kata, yaitu ‘menuhude’ yang berarti mendorong, dan ‘meluhude’ yang berarti membentuk. Mendorong di sini mengandung makna melepas tahun lama dan menerima tahun baru sebagai anugerah Tuhan untuk masyarakat Sangihe,” ujar Madonsa.
Menurut Madonsa, upacara adat Tulude memiliki makna mendalam sebagai ucapan syukur, pengakuan dosa, dan permohonan pertolongan Tuhan dalam perjalanan kehidupan di tahun yang baru.
Prosesi Upacara Adat Tulude
Beberapa prosesi yang dilakukan dalam upacara Tulude antara lain adalah Menensomahe (menjemput tamu), Mendangeng Sake (prosesi yang melibatkan tamu kehormatan), dan Menahulending, yang dianggap sebagai prosesi yang paling sakral. Dalam prosesi ini, bahasa Sangihe digunakan, mengingat bahwa bahasa tersebut adalah warisan dari nenek moyang masyarakat Sangihe.
Menurut Pendeta Madonsa, yang paling sakral dalam prosesi Tulude adalah Menahulending, yang dilaksanakan oleh para Tua-tua Adat. Selain itu, prosesi ini juga diakhiri dengan pemotongan kue Tamo, yang menjadi simbol penting dalam upacara adat ini.
Perayaan HUT ke-600 Kepulauan Sangihe
Pada tahun 2025, Kepulauan Sangihe akan merayakan Hari Ulang Tahun ke-600, yang akan diwarnai dengan pelaksanaan upacara adat Tulude pada 31 Januari mendatang, yang akan digelar pada malam hari.
Acara ini bukan hanya menjadi simbol kebudayaan yang kaya, tetapi juga merupakan ajang memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Sangihe, serta mempererat hubungan antargolongan yang ada di Kalimantan Barat.
Kesimpulan
Acara adat Tulude yang dilaksanakan oleh komunitas Sengkanaung di Kalimantan Barat menjadi representasi dari kekayaan budaya nusantara, memperkuat nilai-nilai kebersamaan, serta menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Dukungan dari pihak Kemenag Kalbar memastikan pelestarian tradisi ini dapat berjalan dengan baik, menciptakan harmoni dalam keberagaman masyarakat Kalimantan Barat.